Menjadi Kepala Sekolah Yang Merdeka #3
Menjadi Kepala Sekolah Yang Merdeka #3
Catatan kecil dari kunjungan lapangan ke Sekolah Penggerak di Jakarta Barat
Satu pekan kemarin – tanggal 7 sampai 11 Nopember 2022 – saya melaksanakan tugas kunjungan lapangan ke sekolah-sekolah penggerak atas nama Fasilitator di mana saya mendampingi 7 Sekolah Dasar Negeri di beberapa kecamatan di wilayah Jakarta Barat.
Ini adalah kegiatan yang menurut saya amat penting dan memiliki dampak positif terhadap pelaksanaan program dan implementasi Kurikulum Merdeka di setiap Sekolah Penggerak.
Sekolah Penggerak merupakan program yang berupaya mewujudkan visi Pendidikan Indonesia yang maju dan berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila.
Program Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).
Program Sekolah Penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. Program Sekolah Penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi Program Sekolah Penggerak.
Kata kunci perubahan yang diinisiasi dari Program Sekolah Penggerak adalah; mewujudkan visi Pendidikan Indonesia yang maju dan berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila. Kemudian pembelajaran secara holistik, lalu terjadinya transformasi pendidikan.
Kepala Sekolah merupakan sosok penggerak utama dalam satuan pendidikan. Ia adalah pemimpin lembaga dan organisasi, sekaligus pemimpin pembelajaran yang menggerakkan. Apa yang kepala sekolah lakukan dalam aktifitas “menggerakkan” tersebut?
Artikel Pendidikan
Kepala Sekolah yang saya pahami
Saya sejak awal tamat SMA, sudah menjadi guru. Seluruh usia saya hingga saat ini saya habiskan di lembaga pendidikan. Mulai dari lembaga pendidikan yang berasrama, lembaga sekolah dengan gedung mentereng, hingga lembaga pendidikan yang kelasnya hanya sebuah saung bambu berukuran kurang lebih 4 X 5 meter persegi. Menjadi guru dan kemudian juga menjadi kepala sekolah adalah perjalanan profesi tenaga pendidik yang banyak memberi saya pengalaman dan medium berpikir yang progresif.
Saya bersyukur telah menjalani profesi guru di lembaga-lembaga pendidikan swasta. Karena nampak banyak warna yang kontras antara menjadi kepala sekolah sebagai karyawan sekolah swasta dengan kepala sekolah sebagai ASN.
Kepala sekolah yang saya pahami adalah orang yang bukan sekedar ‘tukang tanda tangan’, memberi cap stempel di surat atau di buku kurikulum. Apalagi kepala sekolah, di Sekolah Swasta, bukan sekedar jabatan tambahan yang disematkan karena lama kerja, atau tingkat pendidikan sebagaimana di Sekolah Negeri, berdasarkan masa kerja dan golongan kepegawaian.
Saya pernah diangkat sebagai kepala sekolah di suatu yayasan meski baru bekerja selama 6 bulan di tempat itu. Sementara beberapa kepala sekolah yang saya kunjungi menyebutkan karir mereka untuk mencapai jabatan kepala sekolah tidak cukup ditempuh dalam kurun waktu 10 tahun.
Saat saya dijemput dari hotel menuju satu sekolah pada jadwal kunjungan itu, di perjalanan, Bapak guru penjemput saya bercerita bahwa dia telah menjadi guru honorer di sekolah itu lebih dari 14 tahun belum juga mendapat kesempatan menjadi ASN. Satu permasalahan yang sudah umum ada di instansi pendidikan pemerintah, hampir di semua daerah.
Kepala sekolah adalah pemimpin lembaga dan juga pemimpin bagi guru untuk menemukan jalan terbaik memfasilitasi pembelajaran peserta didiknya. Kepala sekolah adalah pembelajar yang menunjukkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kecintaan terhadap profesi dan memiliki perhatian yang tulus atas pemenuhan hak murid-muridnya untuk mendapat pendidikan yang baik.
Kepala Sekolah yang saya pahami merupakan sosok tulus menjalani profesinya dengan dedikasi. Beberapa tantangan menjadi kepala sekolah adalah tentang keberpihakan dan independensi. Kepala sekolah memilki jiwa yang merdeka, meski tidak ringan hambatannya, ia akan terus melakukan berbagai upaya untuk memfasilitasi proses pendidikan dan pengajaran sesuai dengan ketentuan dan aturan. Biasanya itu tidak mempercepat jumlah tabungan dan pendapatan “sampingan”.
…….
Bagikan supaya bermanfaat
Travel & Explore the world
Mengengok Fakta Pendidikan di Afganistan
Sistem pendidikan di Afghanistan menghadapi banyak kendala akibat konflik dan perubahan struktur hukum negara tersebut. Pada tahun 2001, hanya 1 juta anak yang bersekolah di Afghanistan.
Bagaimana Kepala Sekolah Mengatasi Tantangan Perubahan Saat Ini?
Kepala sekolah harus menyadari bahwa setiap tahun ajaran berganti akan menghadirkan tantangan baru, kunci bagi para pemimpin sekolah adalah mengubah tantangan ini menjadi peluang positif. Oleh karenanya kesadaran akan sense of change ini perlu selalu muncul dan menjadi sebuah pola pikir berkembang, growth mindset.
Strategi dan Praktik Whole Brain Teaching
Pendekatan Whole Braing Teaching merupakan metode terpadu yang menggabungkan manajemen kelas yang efektif dan pendekatan yang baik secara pedagogis terhadap keterlibatan siswa yang efektif dengan berbagai populasi pembelajaran siswa yang telah diuji melalui 15 tahun penerapan di kelas.
Youtuber Peduli Pendidikan di Papua
Seorang YouTuber dan streamer terkenal Indonesia Windah Basudara, yang berencana akan membangun sebuah sekolah alam di Papua, bernama “Sekolah Alam Bakti Toleransi”.