Bagikan
Saya merasa ‘stuck’ saat menulis ini. Di tengah-tengah memenuhi beberapa target tulisan, tiba-tiba track ide yang sudah saya rekam di benak saya untuk dituangkan dalam beberapa paragraf menemui jalan buntu. Ini mungkin pengalaman umum orang belajar menulis.
Terutama saya, yang sejatinya mulai hobi menulis sejak masih di sekolah menengah, tetap saja sering mengalami kondisi macet menuangkan gagasan lewat tulisan. Karena menurut saya memang belajar menulis itu tidak pernah ada ujungnya. “Menulis, menulis menulis”, kata mas Toni Rosyid di sesi materi pelatihan yang saya ikuti kemarin.
Tulisan lepas selalu menjadi minat saya. Beragam topik serius dan kadang cerita pendek yang saya rajut dari keseharian. Dan kini, pemikiran dunia pendidikan dan parenting jadi jembatan baru untuk meninggalkan jejak hidup lewat tulisan.
Menulis adalah kemampuan dan kreatifitas yang harus muncul setelah mampu membaca. Kesadaran akan dampak buruk literasi rendah terhadap kehidupan masyarakat membuat saya merasa berdosa ketika sudah banyak menghabiskan usia dalam aktifitas membaca, menjadi praktisi pendidikan, bergelut dengan dunia relawan, hingga mengajak orang menggerakkan literasi serta mencoba bergerak bersama kawan orangtua di komunitas parenting positif Sekolah Orangtua.
Jadi, kini dunia menulis harus menjadi salah satu bagian dari hidup saya agar aktifitas membaca terlengkapi lewat tulisan. “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Begitu kata Pramoedya Ananta Toer, tokoh penting dunia budaya dan literasi Indonesia asal Blora yang pernah menghabiskan sepuluh tahun di pulau Buru dan melahirkan tetralogi novel sejarah yang melegenda.
Kemudian saya mulai lagi menelisik jejak yang hilang dari benak saya tadi. Saya menemukan artikelJoachim Krueger, Ph.D. , seorang psikolog sosial di Brown University yang memberi ‘nasihat’ tentang 5 elemen menulis, berikut kutipannya:
1. Relevansi: Sebuah teks yang baik menyampaikan informasi yang penting, meskipun beberapa pengecualian (lihat poin 5) dapat membumbui segalanya tanpa banyak gangguan. Tulisan yang relevan dengan fakta, dengan realita akan membuat pikiran penulis tersampaikan dengan baik, bahkan bisa memberi dampak intuitif selain sebagai bahan penajaman kognitif.
2. Ekonomi: Kata-kata yang bertele-tele merendahkan nilai tulisan dengan menipiskannya. Saya memulai posting ini dengan kalimat "Menulis yang baik itu sulit," padahal seharusnya saya menulis, "Sudah lama diketahui bahwa penulis harus mengatasi banyak tantangan sulit sebelum mereka dapat menyampaikan teks yang menarik dan dapat dipahami." Perhatikan kalimat boilerplate dan run-on! Bahkan jika sebuah kalimat terdengar, sebagian besar kata keterangan dan kata sifat dapat diucapkan tanpa kehilangan informasi. Kata kerja tindakan yang kuat berkomunikasi lebih baik daripada frase kata benda-berat.
3. Vividness: Tulisan yang bagus membangkitkan gambaran di benak pembaca. Ini adalah persepsi dan halusinasi. Sebuah teks yang buruk memungkinkan pembaca untuk mendengar kata-kata dalam pikiran mereka tanpa membangkitkan gambar. Sekali lagi, kata kerja tindakan membantu.
4. Koherensi: Teks harus menyatu, menceritakan sebuah cerita, dan mengikuti alur naratif. (bentuk) daftar tulisan tidak memberikan ini. Setiap bagian dari teks memiliki misinya sendiri. Header bagian dapat membantu, tetapi teks yang elegan tidak selalu membutuhkannya. Ketika tulisannya bagus, pembaca tahu di mana mereka berada dalam cerita.
5. Humor : Teks yang bagus itu menghibur, dan humor adalah bumbu yang menghilangkan kebosanan . Humor yang baik halus dan tidak menampar. Humor yang baik memungkinkan pembaca untuk terlibat dalam lelucon tanpa merendahkan atau mengaburkan.
Menulislah, dan tetap konsisten merasa bahwa dengan menulis, Anda akan banyak belajar tentanng apapun. Menulis adalah bagian dari cara orang mengobati kesusahan, kegelisahan, melipur kesedihan. Menulis bisa membuat pasangan atau kawan Anda tersenyum atau cemberut, bahkan ada yang ditinggalkan pacar gara-gara tulisan.
Tulisan juga bisa membuat negara nyaman atau sebaliknya. Tergantung seberapa tajamnya tulisan Anda menusuk jantung pikiran pembaca, atau seberapa jahatnya Anda menyebarkan tulisan berisi berita dusta. [BungRam-31012022]
Recomended

Guru Toxic
Kata ‘toxic’ diartikan dengan ‘beracun’, biasanya identik dengan istilah dalam hubungan antar individu, kelompok, atau komunitas. Hubungan yang tidak sehat sering dianggap beracun karena sebenarnya secara emosional dan terkadang berbahaya secara fisik bagi satu orang. Dunia pendidikanpun tidak terbebas dari jerat hubungan ‘toxic’. Mulai dari hubungan antar siswa, hingga antar guru dan orangtua.
Bagaimana mengetahui ciri-ciri guru ‘toxic’? Apa saja dampak dari sikap ‘toxic’ tersebut terhadap kehidupan individu dan komintas di lembaga pendidikan?
![EA1BF733-E5EE-40E5-98B3-96A16E37F460 {"source":"other","uid":"2176AF49-EE37-47E7-9CF4-86179503AA26_1636670911518","origin":"gallery","fte_sources":[],"used_premium_tools":false,"used_sources":"{"version":1,"sources":[]}","premium_sources":[],"is_remix":false}](https://bungram.com/sitepad-data/uploads//2021/11/EA1BF733-E5EE-40E5-98B3-96A16E37F460.jpeg)
Menumbuhkan Perilaku Positif di Kelas
Positif Behavior Intervenstion and Support adalah pendekatan kerangka kerja tiga tingkat berbasis perilaku positif dan berbasis bukti untuk meningkatkan dan mengintegrasikan semua perilaku siswa, sistem, dan praktik yang memengaruhi hasil siswa setiap hari. Melalui integrasi beberapa nilai, sikap, budaya sekolah yang sudah disepakati bersama ke dalam berbagai aktifitas pembelajaran dan kegiatan di luar kelas.
Setiap tingkat memiliki serangkaian sistem dan praktiknya sendiri, tetapi beberapa komponen kunci muncul di setiap tingkat. Masing-masing fitur itu perlu ada agar diimplementasikan dengan tepat.