Bagikan
Memahami Karakteristik Parenting Abad 21
Melakukan pengasuhan anak di Abad ke-21 tentu banyak memiliki perbedaan dengan bagaimana cara para orangtua mengasuh anak di abad ke-19 sampai 20 yang polanya sama.
Secara filosofi, adat dan kebiasaan kepengasuhan masa lalu membuat orang tua bereaksi berlebihan, kurang bereaksi, atau menyangkal, membuat alasan untuk perilaku anak-anak mereka, memberikan pilihan versus arahan, lalu menyebabkan kebingungan anak-anak ketika mereka membutuhkan batasan dan kepastian.
Di era sebelum tahun 2000, anak menjadi tanggungan orangtua dalam segala aspeknya. Mereka tidak memiliki pilihan kecuali mengikuti semua perkataan orangtua (nasihat panjang) dan segala bentuk budaya yang berjalan, baik secara adat kebiasaan, maupun faktor agama.
Tidak ada yang salah dalam kondisi itu. Karena patron kepengasuhan belum menemukan tantangan berat dalam beberapa generasi. Cerita kesuksesan orangtua dan leluhur dalam mendidik dan membangun keluarga yang harmonis dan sejahtera, mampu menguatkan pemahaman tentang bagaimana menyiapkan sebuah keluarga.
Di beberapa kalangan, tradisi dan budaya mengasuh yang tradisional masih tetap dipertahankan meski masanya sudah beralih kepada budaya modern.
Cara mengatasi masalah ala parenting lama dapat dikatakan masih efektif dan dipercaya satu-satunya hal yang mampu membentengi anak-anak dari degradasi dan bahaya modernisasi.
Namun perubahan zaman lebih cepat dari waktu yang dibutuhkan untuk menanamkan nilai-nilai dalam keluarga. Apalagi dilakukan dengan komunikasi verbal berbasis doktrin dan success story. Kelak anak-anak di zaman modern menemukan berbagai situasi yang sulit dihubungkan dengan success story kakeknya atau kakek dari kakeknya.
Saat ini, banyak remaja, dewasa muda lulusan perguruan tinggi, terbukti tidak dipersenjatai dengan keterampilan dan mekanisme dalam hal mengatasi dan menangani secara efektif tantangan yang mereka hadapi, dan sebaliknya terus berharap bahwa dunia akan memperlakukan mereka dengan cara yang sama seperti yang dilakukan orang tua mereka. —dan tentu saja mereka terkejut dengan hasilnya. Karena pada umumnya mereka tidak mengembangkan kemandirian dan kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup secara efektif di abad modern ini.
Dalam beberapa kasus, orang-orang muda ini menunjukkan depresi, kecemasan, atau panik, membuat keputusan buruk yang memengaruhi kesuksesan mereka; ini terutama karena orang tua tidak terlibat sejak dini dan sepanjang hidup mereka, memberi contoh yang relevan, dan melatih mereka alternatif-alternatif baru yang sesuai dengan zamannya.
Berikut adalah karakteristik parenting yang perlu dikembangkan di abad 21:
1. Mengembangkan pembelajaran mengenali tantangan dan peluang yang dihadapi anak-anak sejak dini dengan memberikan sentuhan baru pada cara-cara lama, menyarankan orang tua untuk lebih memperhatikan dunia anak mereka.
2. Membaca lingkungan anak mereka, perubahan atau pergeseran budaya lokal. Keterkaitan succes story masa lalu dengan masa kini secara relevan.
3. Mengembangkan kontrol emosi, keterampilan resilien, pemahaman tentang pluralitas dan keterbukaan pemikiran (tanpa khawatir tentang kekuatan keyakinan agama).
4. Beradaptasi dengan teknologi dan penguatan literasi, serta memahami peluang dan tantangannya.
5. Menanamkan keterampilan abad 21 (komunikasi, kreatifitas, berpikir kritis, berkolaborasi)
Prenting tradisional membangun karakter yang kuat, ketrikatan dengan budaya lokal dan adat leluhur yang amat baik. Namun dalam waktu yang bersamaan, keniscayaan perubahan dan pergeseran budaya akan memengaruhi ‘ketidak efektifan’ nasihat dan cerita lama yang menumpuk di pikiran anak. Orangtua harus menyiapkan semacam GPS yang mengarahkan anak belajar beradaptasi, memecahkankan masalah sesuai dengan zamannya saat ini, dan nanti.
[BungRam-28062021]
Recomended

Melatih anak membuat keputusan sendiri - Sticky Notes Guru Kelas – #11
Anak-anak cenderung melakukan tindakan karena spontanitas, atau dipengaruhi oleh keinginan orang lain. Banyak kecenderungan anak-anak berbuat sesuatu bukan karena keputusannya sendiri, melainkan karena intruksi. Sehingga kemampuannya untuk belajar membuat keputusan menjadi kurang terasah. Anak-anak menjadi tidak independen. Mereka kurang percaya diri dan kurang mandiri.

Pelarangan Mudik Lebaran dan Politisasi Kebijakan
Pemerintah resmi melarang masyarakat untuk melakukan mudik lebaran tahun ini melalui surat edaran Satgas Penanganan Covid-19. Dalam SE tersebut, dijelaskan bahwa setiap anggota masyarakat dilarang melakukan perjalanan antarkota/kabupaten/provinsi/negara untuk tujuan mudik. Lantas, apakah mudik lokal atau jarak dekat tetap diizinkan?
Menurut Doni Monardo, ketua Satgas Penanganan Covid-19, penularan Covid-19 terjadi karena adanya interaksi antar manusia. Oleh karena itu, Doni berharap agar mudik Lebaran tahun ini, baik jarak jauh maupun lokal, dapat ditiadakan. Hal tersebut ia sampaikan saat Rapat Koordinasi Satgas Penanganan Covid-19 Nasional.