
Memahami Karakteristik Parenting Abad 21
28 Juni 2021

Berapa banyak orangtua Saat ini, banyak remaja, dewasa, lulusan perguruan tinggi, terbukti tidak dipersentajai dengan keterampilan dan mekanisme dalam mengatasi dan menangani secara efektif tantangan yang mereka hadapi, dan sebaliknya terus berharap bahwa dunia akan memperlakukan mereka dengan cara yang sama seperti yang dilakukan orangtua mereka — dan tentu saja mereka terkejut dengan hasilnya,
Karena pada umumnya mereka tidak mengembangkan kemandirian dan kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup secara efektif di abad modern ini.
Dalam beberapa kasus, orang-orang muda ini menunjukkan depresi, kecemasan, atau panik, membuat keputusan buruk yang memengaruhi kesuksesan mereka; ini terutama karena orangtua tidak terlibat sejak dini dan sepanjang hidup mereka, memberi contoh yang relevan, dan melatih mereka alternatif-alternatif baru yang sesuai dengan zamannya.
Berikut adalah karakteristik parenting yang perlu dikembangkan di abad 21:
“Tangkap” perilaku baik anak – Tips membentuk perilaku melalui pujian atas perilaku baik
15 Juni 2021

Berapa banyak orangtua ‘lebih’ mengawasi kesalahan anak, daripada menangkap perbuatan atau perilaku anak yang baik?
Banyak perilaku anak yang ‘wajar’ sesuai usianya, kemudian berkembang menjadi berbagai perilaku lainnya yang negatif karena perlakuan orangtua dalam merespons perilaku anak. Kecenderungan banyak “mengkomplain” kesalahan anak daripada menangkap perbuatan baik anak memengaruhi perilaku anak bersamaan dengan pertumbuhan diri dan perkembangan usianya.
Menurut Jasmine Fayeghi Schnurstein, PsyD, direktur dan konselor klinis klinik perawatan anak dan remaja, Evidence Based Practice Nevada, apa yang kita ketahui tentang pujian adalah bahwa untuk setiap satu buah “koreksi negatif” anak-anak perlu mendengar lima pujian positif hanya untuk menyeimbangkannya. Beberapa anak bahkan membutuhkan lebih dari itu. Anak-anak perlu ‘ditangkap’ saat berbuat baik / berperilaku baik lebih banyak daripada mereka perlu ‘ditangkap’ saat berbuat buruk / berperilaku buruk.
Bagaimana kita melakukannya?
Your Heading
Modeling Behavior - Bagaimana anak mencontoh orangtua mereka?
11 Juni 2021

Seorang Ibu, mengeluh dan mengumpat saat mengetahui masakannya gosong karena ia lupa mengecilkan api. Seorang Ibu lebih asyik menatap layar TV sambil mengatakan letak kaus kaki putranya yang sedang mencarinya, daripada menoleh dan berbicara langsung untuk menunjukkan letaknya.
Situasi yang terjadi di atas itu adalah bagian dari ‘modeling behavior’, pemodelan perilaku. Yaitu perilaku orangtua yang, disadari atau tidak, kerap dicontoh oleh anak-anak mereka.
Beberapa kebiasaan dan preferensi ayah atau Ibu kita tertanam dalam jalinan akan menjadi siapa kita kelak — bahkan karakteristik itu, di masa muda kita, sering kita abaikan. Anak-anak tanpa disadari oleh kita, atau mungkin kita sadari juga sejak kecil meniru perilaku kita. Beberapa meniru perilaku orang lain yang memiliki hubungan emosional dengan mereka.
Apa yang dilakukan oleh orangtua menjadi pelajaran riil dan aktual sebagai patron perilaku bagi anak-anak. Juga di sekolah, bagaimana teman sebaya, guru dan orang-orang di sekitar memberikan pengaruh terhadap pembentukan perilaku. Oleh jarenanya kita perlu memperhatikan apa yang kita ucapkan, apa yang kita lakukan terhadap anak-anak, di rumah dan di sekolah.
Berikut hal-hal yang acapkali dijadikan model oleh anak-anak dari perilaku orang dewasa di sekitarnya.
Bagaimana melatih anak berpikir kritis?
Banyak orangtua melakukan komunikasi, baik itu dalam bentuk pernyataan ataupun pertanyaan, mengambil sebagian besar bentuk tanya dan kalimat yang tidak memerlukan anak memperhatikan atau menimbang perkataan, melakukan analisis dan membentuk satu pemikiran baru dari jawaban atau respons yang akan ia kemukakan.
Komunikasi satu arah antara guru kepada murid atau Mamah kepada anak, sering menjadi alat efektif guru atau orangtua memastikan bahwa anak mengerti intruksi, menangkap pesan dan menunjukkan ketaatan sempurna. Namun komunikasi satu arah kurang memfasilitasi anak mengoptimalkan beberapa kemampuan berpikir kritis seperti menganalisis, mengevaluasi, hingga memecahkan masalah melalui proses menalar.

Apa itu berpikir kritis?
Berpikir kritis – critical thinking, adalah salah satu keterampilan utama yang harus dikuasai oleh anak-anak menuju kedewasaannya.
Ada beragam aktifitas yang bisa dilakukan orangtua bersama anak untuk melatih anak berpikir kritis.
Literasi Keuangan Untuk Anak
Tips mengelola ‘angpao’ lebaran.
Hari raya lebaran adalah hari kebahagiaan bagi seluruh umat Islam di manapun berada, hari suka cita, hari kemenangan. Setiap orang merayakan hari lebaran dengan bersilaturahmi kepada sanak kerabat dan tetangga. Saling mengunjungi, dan saling berbagi.
Budaya lebaran di sebagian masyarakat Indonesia selalu dinanti oleh anak-anak, karena satu tradisi yang hingga kini masih dijaga adalah mendapat “THR” lebaran dari keluarga tercinta. Anak-anak biasanya akan senang berkunjung ke rumah sanak kerabat dan tetangga karena mereka akan mendapatkan uang sebagai hadiah lebaran. Oleh karenanya menjelang hari raya, Bank Indonesia memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menukar uang receh, mulai dari pecahan yang kecil hingga pecahan terbaru yang masih tersebel untuk dibagikan di hari raya.
Momen lebaran ini bisa kita jadikan momen edukasi untuk anak-anak dalam belajar tentang literasi keuangan. Ya, literasi keuangan adalah salah satu hal penting yang perlu mulai ditanamkan kesadarannya sejak kanak-kanak. Dan pasca lebaran anak-anak kita umumnya memiliki uang “THR” lebaran dari keluarga atau tetangga. Berikut beberapa tips mengajarkan anak mengelola uang pasca lebaran

