Mengenal Sosok Pendidik Sejati – Aliyah Rasyid Baswedan

Mengenal Sosok Pendidik Sejati

Prof. Dr. Aliyah Rasyid Baswedan merupakan wanita inspiratif dalam dunia pendidikan saat ini. Pernah berkiprah sebagai dosen Fakultas Ekonomi (dulu FKIS, FISE) Universitas Negeri Yogyakarta (1970-2015)

Beliau juga dosen di berbagai universitas di Yogyakarta dengan bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (hingga sekarang)

Ibunda dari Gubernur DKI periode 2017-2022 ini adalah sosok pendidik sejati yang sangat gigih, cerdas dan bersahaja.

Lahir dan besar di Cipicung, Kuningan, di kaki Gunung Ceremai, Jawa Barat. Menyelesaikan pendidikan SD dan SMP di Kuningan. Pada masa itu, di Kuningan belum ada SMA, jadi ayahnya menitipkan Aliyah pada kerabatnya di Kota Cirebon supaya bisa meneruskan pendidikan SMA pada tahun 1956. Keputusan ayahnya ini, mengundang perbincangan. 

Karena di masa itu masih amat jarang ada anak perempuan meninggalkan kampung halamannya untuk bersekolah. Setelah lulus SMA, Ibu Aliyah lalu meneruskan kuliah di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Padjajaran Bandung. Ibu Aliyah diterima di Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, dan Fakultas Pendidikan. Tapi karena cita-citanya menjadi guru, maka dia memilih FKIP. FKIP ini di kemudian hari bertranformasi menjadi IKIP Bandung (sekarang Universitas Pendidikan Indonesia). 

Pada tahun 1968 menikah dengan Drs Rasyid Baswedan, dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Sejak menikah, Ibu Aliyah pindah ke Yogyakarta tapi tetap mengajar di IKIP Bandung. Dalam keadaan hamil, naik kereta Yogyakarta-Bandung setiap minggu untuk mengajar hingga akhirnya bisa mutasi menjadi dosen di IKIP Yogyakarta pada tahun 1970. 

Sejak itu Ibu Aliyah menjadi dosen di IKIP hingga pensiun di usia 65 tahun, yaitu pada tahun 2005. Mengingat perannya dan statusnya sebagai Guru Besar, UNY meminta Ibu Aliyah tetap mengajar dengan memberikan status Guru Besar Emeritus sampai dengan batas maksimum yaitu usia 75 tahun. Pada tahun 2015, Ibu Aliyah resmi purnatugas dari UNY tetapi tetap mengajar di berbagai kampus di Yogyakarya.

Di usia 78 tahun ini, Ibu Aliyah masih terus aktif dalam berbagai kegiatan walaupun harus menggunakan kursi roda. Ibu Aliyah mengalami pengapuran pada lutut, hingga pada awal tahun 2015 mengharuskan dioperasi hingga tulang di kedua kakinya harus diganti titanium. Sejak itu Ibu Aliyah tidak bisa menaiki tangga atau berjalan jauh dan harus menggunakan kursi roda. 

Prof Dr Aliyah Rasyid Baswedan, ibunda Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dianugerahi Guru Besar Emeritus oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) . Penghargaan ini karena Ibu Aliyah berperan besar dan berkecimpung sejak tahun 1970 di dunia pendidikan. Perempuan kelahiran Cipicung, Kuningan, Jawa Barat, 20 Maret 1940 itu menjadi dosen hingga guru besar di UNY. Pihak kampus meminta Aliyah tetap mengajar sampai batas maksimal yaitu usia 75 tahun. 

Catatan jejak tersebut itulah yang menurut saya sebagai prototipe insan pendidik yang sejati. Karena komitmennya di dunia pendidikan sangat luar biasa. Di usianya yang menginjak 82 tahun Ibu Aliyah tetap berkomitmen dengan aktitiftas dunia pendidikan.

Hingga kini, Ibunda dari Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, tetap mengajar dan membimbing disertasi.

Dikutip dari laman Jama’ah Salahudin Universitas Gadjah Mada pada kesempatan silaturahmi dan diskusi “Mempersiapkan Diri Menyongsong Peran Muslimah Strategis”, beliau menyampaikan bahwa sebagai seorang perempuan kita harus memiliki  keinginan yang kuat untuk mampu menjadi pribadi yang excellent dalam ilmunya serta mampu memiliki kemampuan dan ilmu dalam diri kita dalam menjalankan peran memanagemen keluarga. “Surga di bawah telapak kaki ibu bukan hanya sekedar kita taat dan patuh terhadap segala perintah ibu. Namun juga bermakna bahwa kunci surga anak ada di tangan ibu. Apakah nanti anak anak masuk surga atau tidak juga berpengaruh dengan seberapa besar peran seorang ibu”, pesan bu Aliyah. 

Ibu Aliyah juga menyampaikan bahwa seorang ibu akan berdosa jika meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan ia tidak menyejahterakannya melalui ilmu, pendidikan, pembinaan karakater, maupun bekal lainnya untuk masa depan mereka sebagaimana pesan yang beliau pegang dalam Q.S. An Nisa:9. “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu,hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”

[RAM-Des-29-2022]

Bagikan supaya bermanfaat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *