Strategi dan Praktik Whole Brain Teaching

Strategi dan Praktik Whole Brain Teaching

Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors
 

Belajar denganmelibatkan seluruh otak adalah ciri Pembelajaran Aktif. Proses belajarnya dengan pendekatan di mana siswa secara langsung terlibat dalam proses belajar melalui aktivitas, partisipasi, dan refleksi. Ini berfokus pada  keterlibatan aktif siswa dalam memahami,menganalisis, dan mengaplikasikan informasidaripada hanya mendengarkan ceramah ataumembaca pasif.Ketika guru melaksanakan proses mengajar denganmelibatkan seluruh otak siswa, maka ia sedangmelakukan pengajaran dengan pendekatan Whole Brain Teaching.

Apa itu Whole Brain Teaching?

Whole Brain Teaching (WBT) pertama kali digagas oleh Chris Biffle, seorang profesor filsafat di Crafton Hills College, Amerika Serikat, pada tahun 1999. Bersama rekan-rekannya, Biffle mengembangkanmetode ini dengan tujuanmenciptakan lingkunganbelajar yang lebih interaktif dan menyenangkan, yang melibatkan otak secara menyeluruh. Whole Brain Teaching memadukan berbagai teknik yang mengaktifkan berbagai area otak untuk meningkatkan keterlibatan, pemahaman,dan retensi informasi pada siswa.

Pendekatan Whole Brain Teaching juga merupakan metode terpadu yang menggabungkan manajemen kelas yang efektif dan pendekatan yang baik secara pedagogis terhadap keterlibatan siswa yang efektif dengan berbagai populasi pembelajaran siswa yang telah diuji melalui 15 tahun penerapan di kelas. 

Pendekatan Whole Brain Teaching dilaksanakan secara fleksibel, dapat disesuaikan oleh guru mana pun dengan metode pengajaran mereka sendiri. Hal ini didasarkan pada tujuh komponen inti, yang disebut sebagai The Big Seven; Class-Yes, Five Rules, Scoreboard Game, Teach-OK, Hands and Eyes, Mirror, Switch. 

Berikut Strategi & Praktik Pengajaran dengan Pendekatan Whole Brain Teaching

1. Class-Yes  

  • Ini adalah teknik seruan dan respons di mana guru berkata, “Kelas,” dan para siswa menjawab, “Ya”, dengan nada, ritme, atau tingkat energi yang sama.
  • Tujuan : Menarik perhatian siswa dan membuat mereka terlibat kembali setiap kali fokus hilang.
  • Contoh : Seorang guru mungkin berkata “Kelas-Kelas?” dengan nada tinggi, dan para siswa harus menjawab “Ya-Ya!” dengan nada yang sama. Jika kelas mulai berisik, variasi yang tiba-tiba dan menyenangkan, seperti “Kelas-Kelas?” dapat menimbulkan “Ya-Ya!” Variasi ini membuat respons tidak dapat diprediksi dan menarik.
2. Five Rules
  • Ini adalah lima aturan dasar yang diperkuat setiap hari menggunakan gerakan tangan:

1. Ikuti petunjuk dengan cepat.
2. Angkat tangan untuk meminta izin berbicara.
3. Angkat tangan untuk meminta izin meninggalkan tempat duduk Anda. 
4. Buatlah pilihan yang cerdas.
5. Buatlah guru kesayanganmu bahagia.

  • Tujuan : Untuk membangun struktur yang konsisten dan mudah diingat di kelas.
  • Contoh : Saat memperkenalkan Aturan 2 (“Angkat tangan untuk meminta izin berbicara”), guru mengangkat tangan dan membuat gerakan berbicara dengan tangannya. Siswa kemudian menirukan tindakan ini setiap kali aturan tersebut ditinjau ulang. Dengan memasukkan gerakan fisik, aturan tersebut tertanam dalam ingatan siswa melalui keterlibatan motorik.
3. Scoreboard Game
  • Sistem manajemen perilaku kelas di mana poin diberikan kepada kelas (Smiley) atau guru (Frowny) berdasarkan perilaku.
  • Tujuan : Untuk mendorong perilaku positif dan memberikan umpan balik yang cepat dan tanpa hukuman.
  • Contoh : Selama pelajaran, jika kelas mengikuti arahan dengan cepat atau berpartisipasi aktif, guru memberikan poin kepada Smiley. Sebaliknya, jika kelas kehilangan fokus, poin diberikan kepada Frowny. Kompetisi yang bersahabat ini memotivasi siswa untuk mengatur diri sendiri, terutama ketika hadiah (seperti waktu luang tambahan) dikaitkan dengan hasil permainan.
 4. Teach-Ok
  • Setelah mengajarkan sebagian kecil konten, guru berkata “Teach!” dan para siswa menjawab “OK!” Mereka kemudian beralih ke pasangan mereka dan mengajarkan kembali apa yang baru saja mereka pelajari.
  • Tujuan : Teknik ini mengaktifkan keterampilan berbicara dan mendengarkan, meningkatkan pemahaman lebih dalam dengan meminta siswa mengajar orang lain.
  • Contoh : Dalam pelajaran sains tentang siklus air, guru menjelaskan tahap-tahap penguapan, kondensasi, dan presipitasi. Setelah menjelaskan, mereka berteriak, “Ajarkan!” dan siswa menjawab, “Oke!” sebelum beralih ke pasangan mereka untuk menjelaskan tahap-tahap tersebut dengan kata-kata mereka sendiri.
5. Hands and Eyes
  • Perintah ini memberi isyarat bahwa siswa harus memberikan perhatian maksimal. Ketika guru berkata “Tangan dan Mata,” siswa menghentikan apa yang sedang mereka lakukan, melipat tangan, dan menatap guru dengan fokus penuh. 
  • Tujuan : Untuk memastikan siswa berkonsentrasi penuh pada saat-saat kritis pembelajaran.
  • Contohnya : Sebelum memperkenalkan konsep baru yang penting dalam matematika, guru berkata, “Tangan dan Mata,” dan siswa segera berhenti bekerja, melipat tangan mereka, dan melakukan kontak mata langsung dengan guru.
6. Mirror
  • Guru menggunakan gerakan fisik saat menjelaskan sebuah konsep, dan siswa menirukan kata-kata dan gerakan tersebut.
  • Tujuan : Teknik ini memperkuat pemahaman siswa dengan melibatkan mode pembelajaran visual dan kinestetik.
  • Contoh : Ketika menjelaskan peristiwa sejarah pada 10 Nopember 1945, gru dapat membacakan isi pidato Bung Tomo dengan semboyan “Merdeka atau Mati!” Pada kalimat itu, guru mengajak siswa melakukan gerakan seperti mengepal tangan dengan kuat, dan kemudian menunjuk ke atas, lalu ditiru oleh siswa sambil mengulang, “Merdeka atau Mati!”
7. Switch
 
  • Perpanjangan dari Teach-OK di mana siswa bergantian berperan antara mengajar dan mendengarkan.
  • Tujuan : Untuk memastikan kedua mitra berpartisipasi aktif dan memperkuat pembelajaran mereka melalui pertukaran verbal.
  • Contoh : Setelah satu putaran Teach-OK, guru berteriak “Switch!” yang menandakan bahwa siswa yang tadinya mendengarkan kini menjadi guru, dan perannya pun berganti. Hal ini membuat kedua siswa tetap terlibat dan memastikan pembelajaran aktif di kedua belah pihak.
 
 Contoh praktik yang menggunakan 7 komponen WBT dalam mengajar pecahan
 
  • Guru memulai dengan menggunakan Class-Yes untuk menarik perhatian siswa.
  • Setelah memperkenalkan pecahan dasar, guru mengucapkan Teach-OK . Siswa berpasangan dan saling menjelaskan pecahan.
  • Selama pelajaran, guru dapat memperkenalkan Aturan 4 (Buatlah pilihan cerdas) dengan gerakan yang sesuai untuk mengingatkan siswa agar tetap mengerjakan tugas.
  • Jika kelas tersebut berkinerja baik, guru memberikan poin kepada Smiley di Papan Skor . Jika siswa mulai kehilangan fokus, poin diberikan kepada Frowny.
  • Untuk memfokuskan kembali kelas, guru mungkin mengatakan Tangan dan Mata , mendorong siswa untuk berhenti dan memperhatikan sepenuhnya.
  • Sambil menjelaskan pecahan, guru menggunakan Cermin untuk memperagakan pemotongan pizza menjadi bagian yang sama, dan siswa meniru gerakan tersebut.
  • Akhirnya, setelah beberapa putaran Teach-OK, guru memanggil Switch sehingga semua siswa memiliki kesempatan untuk menjadi “guru.”
 

Bagaimana lingkungan kelas dapat mendukung pengajaran dengan pendekatan Whole Brain Teaching?

Silahkan unduh uraian lengkapnya di link berikut:

Rujukan:

  • https://wholebrainteaching.com/
  • https://source.cognia.org/issue-article/whole-brain-teaching-learning-way-brain-designed/
  • https://www.studentcenteredworld.com/whole-brain-teaching/
  • https://www.fusd1.org/cms/lib03/AZ01001113/Centricity/Domain/1534/WBTQuickstart.pdf

Bagikan supaya bermanfaat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *