5 Cara Mengasah Regulasi Diri Pada Anak
Rumah dan Sekolah adalah dua tempat Utama dalam membentuk kemampuan dasar anak dalam tumbuh kembangnya; mulai dari kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Melalui aktifitas di rumah dan disekolah, baik orangtua maupun guru punya peran penting dalam mengembangkan berbagai kemampuan tersebut.
Selain kememampuan dasar di atas, ada satu kemampuan penting yang perlu dikembanngkan sejak usia dini, yaitu kemampuan regulasi diri, kemampuan mengatur diri sendiri.
Regulasi diri (Self Regulation) adalah proses dimana seseorang dapat mengatur pencapaian dan aksi mereka sendiri. Menentukan target untuk mereka, mengevaluasi kesuksesan mereka saat mencapai target tersebut dan memberikan penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai tujuan tersebut.
Kemampuan regulasi diri amat diperlukan dalam proses pembelajaran, karena anak dapat menilai dirinya sendiri, mengetahui bagaimana tingkat pemahamannya terhadap suatu materi pembelajaran dan apa yang harus dia lakukan untuk mencapai hasil yang optimal.
Berikut adalah 5 cara mengasah kemampuan regulasi diri pada anak
1. Kenalkan anak-anak tentang otak mereka sendiri
Untuk mengatur diri mereka sendiri dengan lebih baik, anak-anak perlu memahami apa yang terjadi di dalam kepala mereka. Mulailah mengenalan hwa di dalam kepala ada satu organ sangat penting dan berharga, yaitu otak. Di dalam otak ada bagian-bagian yang berfungi dan mengendalikan berbagai hal dari seluruh aktifitas tubuh kita; baik perasaan, berpikir, maupun bergerak.
Penjelasan tentang otak ini tentu disesuaikan dengan usia dan kemampuan komunikasi anak. Paling tidak, mereka dapat menangkap maksud Utama yaitu perasasaan, pikiran dan perilaku erat hubungannya dengan otak.
2. Mengembangkan kosa kata emosi
Anak-anak perlu diajarkan tentang kosa kata emosi dan perasaan mereka. Orang tua atau guru dapat menanyakan misalnya tatkala anak menangis, “apa yang kamu rasakan?”, “apa yang membuat kamu menangis?” Hal ini mengajarkan mereka tentang sebutan emosi dan perasaan yang mereka rasakan dengan cara menangis, apakah itu karena ekspresi sedih, marah, takut, terabaikan?
Setelah anak memiliki kosakata emosional yang sehat, alat seperti pengukur suasana hati , roda emosi , dan skala suasana hati dapat membantu mereka melacak bagaimana emosi mereka berubah dari hari ke hari.
Contoh Roda emosi
3. Latih mengukur masalah untuk menemukan solusi
Bagi banyak anak kecil, setiap masalah bisa terasa besar, dan karenanya pantas mendapatkan reaksi yang besar. Orang tua atau guru dapat membantu anak untuk melihat segala sesuatunya dari perspektif yang tepat. Misalnya, Ketika anak kehilangan benda miliknya, orang tua atau guru dapat membantu anak mengukur apakah kehilangan benda tersebut adalah “masalah besa?” menurutnya? Mengapa? Apa yang dapat dilakukan untuk menemukan benda yang hilang tersebut?
Kejadian lain seperti seorang teman tidak sengaja menabrak dirinya hingga terjatuh. Ajak anak untuk diam sejenak (sebelum bereaksi), Apakah ada yang dirasa sakit? Apakah ia perlu marah dan membalas mendorongnya?
Dengan melatih kemampuan mengukur masalah, anak akan lebih focus menemukan seolusi daripada bereaksi,seperti membalas memukul, mendorong, mengambil barang, atau membalas ejekan/umpatan.
4. Melakukan gerakan relaksasi tubuh.
Latihan gerakan relaksasi seperti peregangan, membungkuk, dan menyeimbangkan tubuh memberikan masukan sensorik yang dapat membantu mengatur emosi yang kuat. Di sekolah, selama masa transisi kelas misalnya, guru dapat melakukan Gerakan relaksasi Bersama anak-anak. Gerakan berdiri tegak, menekuk lutut, meregangkan ngan ke atas, gerakan memutar kepala dan lain sebagainya.
Kebiasaan anak-anak di era sekarang dengan pola permainan minim Gerakan (banyak menatap layer gadget) memicu sikap impulsive ddan kurang mampu mengontrol emosi. Oleh karenanya mengajak anak-anak banyak melakukan Gerakan,membantu mereka berlatih regulasi diri.
5. Ekspresikan emosi dengan seni
Aktivitas seni dapat membantu anak-anak memproses dan mengekspresikan emosi, serta menciptakan rasa aman dan nyaman, mengurangi stres. Orang tua atau guru dapat membantu mengasah regulasi diri dengan kegiatan membuat pola dengan berbagai macam warna. Membuatgaris, membuat lingkaran, atau pola lain dengan warna tertentu. Kemudian bertanya kepada anak: Warna mana yang mengekspresikan perasaan marah? Bentuk mana yang mengekspresikan merasa terabaikan? Garis mana yang mengekspresikan perasaan khawatir? Dan mengapa? Anda dapat bertanya kepada anak bagaimana gambar mereka mirip dan bagaimana perbedaannya.