Bagaimana Mengelola Guru Baru di Sekolah?
Beberapa kepala sekolah pernah mendiskusikan tentang bagaimana mengelola guru baru saat akan memasuki tahun ajaran baru.
Diskusi seputar guru baru, baik di sekolah negeri maupun swasta cukup menarik berbagai perspektif, utamanya berkaitan dengan adaptasi emosi dan pemahaman kultur sekolah, selain tentunya berkaitan dengan pengembangan kompetensi guru secara berkelanjutan.
Saya selalu mengatakan bahwa penerimaan guru baru di satuan pendidikan, bukan hanya sekedar switching atau penggantian guru lama kepada guru yang baru yang ditimbulkan karena adanya mutasi, pensiun, atau pengunduran diri – resign.
Di sekolah negeri, bahkan ini sering jadi problem yang cukup serius. Karena penerimaan guru baru tidak serta merta dapat dilakukan bilamana ada satu atau lebih dari guru lama yang pensiun.
Sehingga, karena aturan administrasi dan penempatan guru yang telah diatur oleh pihak dinas pendidikan daerah, yang salah satunya mengacu kepada analisis jabatan (Anjab) dan regulasi guru honorer, kepala sekolah tidak dapat langsung menerima guru baru pengganti.
Konsekwensinya adalah banyak guru yang merangkap tugas mengajar di dua kelas. Termasuk juga penggantian kepala sekolah yang berkonsekwensi double job menjadi PLT Kepala Sekolah.
Di sekolah swasta lain lagi ceritanya. Penerimaan guru baru tidak terikat dengan aturan administrasi dinas pendidikan setempat. Tidak ada problematika, atau dapat dikatakan bukan problem serius dalam hal switching atau mengganti guru karena alasan tertentu, di antaranya karena ada guru yang mengundurkan diri.
Namun ada hal lain yang justru sering luput dari perhatian kepala sekolah tentang penerimaan guru dan pelaskanaan on boarding guru baru di sekolah.
Selalu ada banyak calon guru yang melamar ke sekolah Anda setelah publikasi iklan ‘open recruitment’ calon guru baru di sekolah, apapun tingkatannya.
Bulan lalu saya membantu satu sekolah mengelola penerimaan calon fasilitator ‘Pre School’ dengan kebutuhan 2 orang saja.
Info kualifikasi jelas saya tuliskan, dan dalam waktu 3 hari e mail lembaga dipenuhi lebih dari 70 orang calon pelamar dari berbagai latar belakang.
Mudah untuk menyeleksi dan menjadwalkan wawancara, tes, hingga penerimaan. Tapi tidak mudah untuk melakukan on boarding calon guru di sekolah.
Apa saja yang perlu pimpinan sekolah (kepala sekolah, HRD, atau yayasan) perhatikan dalam proses penerimaan dan penempatan calon guru baru?
Proses ‘on boarding’ guru baru di sekolah amat penting dilakukan, jadi tidak asal menempatkan atau mengganti guru yang lama.
Berikut hal-hal penting pimpinan sekolah lakukan dalam proses penerimaan dan penempatan guru baru di sekolah:
Mengenalkan lebih jelas dan komprehensif tentang visi misi sekolah, tujuan, dan yang utamanya adalah ‘Kultur Sekolah’.
Memastikan, bahwa guru baru sudah menyiapkan kelengkapan administrasi mengajar sesuai aturan yang berlaku di sekolah. Proses ini biasanya didampingi oleh guru lama sebagai tutor atau pendamping guru baru.
Memberikan pembekalan praktis pola kegiatan dan belajar yang sudah berjalan di sekolah lewat pelatihan singkat guru baru.
Menjelaskan data siswa yang akan diampu olehnya, serta profil siswa dan bagaimana cara ia menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua sesuai aturan dan kode etik sekolah.
Hindari menempatan guru baru di kelas siswa baru. Siswa baru perlu ditangani oleh guru yang sudah mengenal betul dan memahami bagaimana menanamkan kultur sekolah dan kebiasaan sekolah secara baik dan benar.
Perhatikan tentang media sosial guru. Ini mungkin kurang begitu familiar dalam manajemen SDM lembaga sekolah. Tapi ketahuilah, media sosial seorang guru memiliki korelasi kuat dengan profesionalisme dan kinerja guru.