Dahulukan Pemahaman Daripada Kepatuhan – Tips Parenting

Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors

Dahulukan Pemahaman Daripada Kepatuhan - Tips Parenting

Parenting positif dibangun di atas landasan konsep pengasuhan berbasis komunikasi positif. Maksudnya pola asuh, proses pendidikan dan penerapan keterampilan bagi anak bukan lagi berorientasi kepada intruksi satu arah yang berkonsekwensi menuntut  ‘kepatuhan’.

Namun kini orang tua sudah berada di era perkembangan kultur dan maraknya akselerasi berbagai pengetahuan dan kemajuan proses serta taraf hidup masyarakat yang demikian kompleks di tengah globalisasi.

Melihat lebih realistis tentang kebutuhan anak untuk mendapat dukungan dan dipahami sebagai bagian dari kemajuan generasi adalah sesuatu yang paling substansial dan teramat penting.

Jadi, dengan memahami kebutuhan anak, maka kebutuhan Anda sebagai orang tua terhadap anak akan terpenuhi. 

Kepatuhan bukan tujuan pendidikan disiplin

Pekerjaan rumah paling besar dan sangat melelahkan adalah mendidik anak untuk berdisiplin. Kemudian tantangan berikutnya di sekolah yaitu memberikan fasilitas tumbuh kembang anak dalam mempersiapkan dirinya dengan kemampuan disiplin diri.

Persoalan kemudian muncul saat kita dikenalkan dengan konsep disiplin positif. Konsep ini dipandang bertentangan dengan kultur pengasuhan di rumah secara umum selama ini.

Sebagai orang tua, kepatuhan terhadap disiplin jadi harapan, bahkan dipandang indikator keberhasilan dalam mendidik anak. Standar keberhasilan sekolah  ditunjukkan pada capaian prestasi akademik dan ketertiban siswa di lingkungan sekolah

Namun demikian, selama ini sangat banyak orang tua sulit memahami bahwa kebutuhan anak yang utama dalam proses belajar tentang disiplin dan hidup dengan keterampilan yang baik adalah mereka diberi kesempatan untuk belajar, untuk memahami, dan kadang itu semua harus dikorbankan. 

Karena seringkali tampilannya adalah sikap “pemberontakan”, lawan dari kepatuhan. Untuk itu banyak orang tua menggunakan cara-cara yang memaksa dan kemudian melakukan tekanan hingga kekerasan.

Jadi kepatuhan di tahap ini bukanlah tujuan pendidikan disiplin atau kedisiplinan bagi anak dalam belajar proses keterampilan hidup.

Kepatuhan lebih banyak diposisikan sebagai sikap terbaik dari anak kepada orang tua, meski dengan paksaan atau ancaman. Kemudian untuk jangka panjang, anak tidak belajar tentang tanggungjawab, tentang kesadaran untuk menjalani kehidupan yang berdisiplin secara mandiri dan dari motivasi internal.

 

Pemahaman memberikan kesempatan belajar dan menguatkan motivasi internal
 

Menanyakan mengapa seorang anak melakukan suatu pelanggaran, mendengarkan penjelasannya, membantu anak mengatasi persoalannya, serta memberikan pemahaman agar ia mengambil pelajaran dari kesalahannya adalah sesuatu yang jauh lebih bermakna dan lebih bermanfaat untuk waktu yang lebih panjang, daripada menghukumnya supaya ia tidak mengulangi kembali.

Perilaku baik muncul karena anak-anak paham bahwa ia harus melakukan atau menunjukkan perilaku tersebut karena pengetahuannya akan nilai dari tindakannya, bukan karena ia takut diberikan hukuman atau anak-anak mau menjalankan aturan dan berbuat baik karena mereka berharap ada imbalan yang akan diterima.

Mendahulukan pemahaman atas perlaku, nilai dan tindakan yang perlu dilakukan dan ditinggalkan jauh lebih penting daripada kita berharap anak-anak patuh tanpa pemahaman yang benar.

Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan berikut:

Anak-anak yang terbiasa diberikan pemahaman tentang apa yang baik dan apa yang buruk, atau mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, akan belajar menggunakan kematangan berpikirnya untuk memilih dengan merdeka. Dari situ mereka akan belajar tentang konsekwensi dari setiap tindakan.

Anak-anak yang belajar dari kesalahan karena diberikan kesempatan untuk berpikir dan menerima pemberian maaf atas kekeliruannya akan memiliki motivasi yang kuat dari dalam dirinya sendiri, bukan dari luar dirinya.

Anak-anak yang mendapat perlakuan baik dan belajar dari kesalahan, akan lebih mampu berpikir secara alami tentang nilai baik dan buruk. Mereka akan belajar banyak tentang tanggungjawab dan kehormatan diri atas keberanian mengambil risiko atau konsekwensilogis. 

Anak akan mendapatkan validasi atas apa yang ia lakukan. Tidak ada yang lebih baik daripada mendapatkan validasi atas hal-hal yang anak Anda lakukan dengan benar. Dengan terus melakukan “tos” dan “memuji”, menyatakan ” ini baik sekali!” Anda memperkuat batas antara hal-hal yang positif dan yang negatif. Ini setara dengan tinjauan kinerja yang baik dari anak Anda.

Akhirnya anak-anak  akan mampu memperbaiki kesalahan atau kekeliruannya setelah mereka memahami akar masalahnya dan cara melakukan perbaikan untuk dirinya di masa mendatang.

Bagikan supaya bermanfaat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *