Bagaimana Mengatasi Perilaku ‘Cheating’ Pada Anak
Saya pernah mendapat cerita dari guru perihal kebiasaan muridnya yang suka mencontek saat belajar atau mengerjakan tes. Kendati mendapat teguran dan nasihat dari guru, ia tetap mengulanginya pada kesempatan berikutnya dengan cara berbeda.
Perilaku mencontek (cheating) dalam kegiatan belajar kadang dipandang umum dan menjadi lumrah karena beberapa alasan. Namun tidak sedikit dampak dari perilaku itu menjadi lebih mengkhawatirkan tatkala sudah menjadi kebiasaan.
Di dunia kampus dan dunia kerja, perilaku cheating menjelma jadi perilaku indisipliner, kecurangan, perjokian, budaya suap, dan lain sebagainya.
Mengapa anak mencontek?
Beberapa anak mungkin memiliki harapan yang tinggi terhadap diri mereka sendiri, atau mereka mungkin merasa orang lain memiliki harapan yang tinggi terhadap mereka. Jadi, mereka berbuat curang untuk memenuhi harapan tersebut.
Beberapa anak mungkin ingin menang karena mereka tidak tahu cara mengatasi kekecewaan karena kalah. Lagi pula, belajar untuk kalah butuh waktu.
Selain itu, anak-anak mungkin menyontek saat mereka merasa suatu tugas terlalu sulit . Mereka mungkin berusaha mengimbangi teman sekelasnya karena pekerjaan sekolah atau permainan menjadi lebih menantang.
Menyontek sesekali biasanya tidak berbahaya. Dan itu bukan masalah besar di tahun-tahun awal ketika anak-anak masih belajar membedakan yang benar dan yang salah. Namun, jika anak-anak menyontek karena mereka merasa tertekan untuk menang atau jika menyontek menjadi suatu pola seiring bertambahnya usia, sebagai guru atau orang tua Anda mungkin perlu ikut campur.
Mengatasi perilaku curang pada anak
ALih-alih orang tua memarahi dan menghukum anak yang suka curang, orang tua dapat membantu anak memahami konsekuensi dari berbuat curang, dana dapat menjadi cara yang ampuh untuk mengubah perilaku tersebut.
Misalnya, Anda dapat berbicara dengan anak Anda tentang apa yang mungkin terjadi jika mereka berbuat curang:
- Itu mungkin membuat anak-anak lainnya kesal.
- Anak-anak lain mungkin tidak ingin bermain dengannya di lain waktu.
- Orang lain mungkin tidak memercayai saat ia bermain dengan mereka.
- Itu menghilangkan kesenangan dari sebuah permainan.
- Ia mungkin tidak akan pernah tahu seberapa baik mereka bisa berprestasi tanpa berbuat curang.
- Nanti mungkin akan ketahuan. Bagaimana perasaannya tentang hal itu?
- Berbuat curang bisa menghalanginya untuk menjadi lebih baik dalam bermain game.
- Ia mungkin mulai merasa mereka tidak dapat menang atau menyelesaikan tugas tanpa menyontek.
Apa yang harus dilakukan jika anak-anak berbuat curang?
- Tanyakan kepada anak Anda mengapa mereka berbuat curang. Jawaban anak Anda dapat menjadi panduan bagi Anda dalam menanggapi hal ini. Misalnya, jika anak Anda berbuat curang karena ingin menyenangkan Anda, ini memberi Anda kesempatan untuk memberi tahu anak Anda bahwa menang tidaklah sepenting berusaha sebaik mungkin.
- Berikan anak Anda kesempatan untuk berlatih. Misalnya, Anda dapat bermain permainan bersama keluarga sehingga anak Anda dapat belajar tentang menang dan kalah.
- Puji usaha anak Anda. Dengan mengerjakan tugas sekolah, Anda dapat memberi tahu anak Anda bahwa apa yang mereka pelajari dan seberapa keras mereka berusaha lebih penting daripada mendapatkan nilai tertinggi. Setelah berolahraga atau bermain, Anda dapat fokus untuk menjadi atlet yang baik dan bersenang-senang, daripada siapa yang menang atau kalah.
- Jadilah panutan bagi anak Anda. Misalnya, jika Anda bermain game atau olahraga bersama keluarga dan kalah, Anda dapat bereaksi positif untuk menunjukkan kepada anak Anda cara menjadi atlet yang baik. Anda dapat berkata, ‘Terima kasih – itu sangat menyenangkan! Dan aku sudah berusaha sebaik mungkin’. Ini akan membantu anak Anda belajar bahwa kalah itu tidak apa-apa.
- Periksa ekspektasi Anda. Terkadang ekspektasi bisa terlalu tinggi untuk kemampuan anak. Menekan anak Anda untuk meraih nilai tinggi atau berprestasi dalam olahraga dapat mendorongnya untuk berbuat curang.
- Cobalah berbagai kegiatan. Mencoba sesuatu yang baru memberi anak Anda kesempatan untuk menemukan hal-hal yang dapat mereka lakukan dengan baik dan nikmati. Hal ini juga dapat membantu anak Anda mengembangkan keterampilan baru dan membangun kepercayaan diri serta harga dirinya.
- Gunakan percakapan sehari-hari untuk mengingatkan anak Anda tentang pentingnya bermain adil. Misalnya, jika Anda menonton pertandingan olahraga di TV, Anda dapat berbicara tentang betapa tidak menyenangkannya menonton pertandingan jika para pemainnya berbuat curang.
- Hindari memberi tahu anak Anda bahwa mereka “curang”. Hal ini dapat menyebabkan mereka semakin curang. Artinya, jika anak Anda percaya bahwa mereka curang, mereka mungkin akan terus curang.