5 Cara Membuat Siswa Lebih Terlibat dalam Pembelajaran

5 Cara Membuat Siswa Lebih Terlibat dalam Pembelajaran

Generic selectors
Exact matches only
Search in title
Search in content
Post Type Selectors

Dalam konsep merdeka belajar, kita tentu memahami bahwa sumber proses belajar dan pusat pembelajaran adalah para peserta didik. Dengan demikian prinsip keterlibatan siswa dalam pembelaajran sangat penting dan menjadi pondasi utama untuk menciptakan pembelajaran yang memerdekakan, pembelajaran yang kreatif dan independen.

Membuat siswa lebih terlibat dalam pembelajaran membutuhkan berbagai kesiapan, pemahaman dan pendekatan yang berbeda, terutama jika Anda sebagai guru melakukan kegaiatn selama ini dengan memusatkan pada diri Anda sendiri. Maka keterlibatan akan sulit tercipta. karena para peserta didik pasif dan kegiatan akan monoton dibawah kekuasaan Anda sebagai instruktur.

Pertanyaan penting yang perlu kita tanyakan kepada para guru; sumber daya apa yang paling ampuh di kelas Anda? Apakah itu tumpukan buku teks, papan tulis, atau laptop? Menurut saya sumber daya yang paling ampuh untuk mendorong kegiatan pelibatan di kelas adalah pertama kemerdekaan siswa, imajinasi, dan keberanian mencoba tanpa takut salah.

Dengan memberdayakan siswa, Anda dapat melibatkan mereka lebih jauh dalam pembelajaran, memberikan pengalaman belajar yang lebih demokratis, dan tentu saja, menemukan sumber daya paling ampuh di kelas Anda:

Berikut cara agar siswa dapat lebih terlibat dalam pembelajaran:
1) Fasilitasi umpan balik antar siswa dalam mengevaluasi kegiatan

Menerima umpan balik dari guru atas hasil kerja siswa tentu sudah biasa kita lakukan dalam kegiatan belajar di kelas. Namun umoan balik dari guru kepada siswa seringkali membuat pola komunikasi jadi satu arah. Dana siswa kita kurang terlibat dalam meninjau dan melakukan refleksi secara independen karena masukan dari guru biasanya tidak dialogis.

Lakukan pola dialog dengan lebih terbuka dan multi persepekti. Ajak setiap siswa memberikan masukkan dalam kegiatan refleksi untuk hasil kerja mereka sendiri. Sebagai fasilitator, tugas guru adalah membangun kerangka besar yang dapat diisi dengan pikiran-pikiran siswa yang beragam dan tentu menarik karena berbeda latar belakang. 

Menyiapkan forum bagi siswa untuk memberikan umpan balik yang konstruktif dan tepat waktu — kritik atau pujian — melalui diskusi inetarktif membantu kita meningkatkan pengajaran. Hal ini juga membantu siswa, dengan menekankan bahwa pembelajaran adalah tentang kemitraan dan kerja sama.

2) Memfasilitasi siswa menentukan bahan pembelajaran selain dari buku teks sekolah.

Ini mungkin tampak seperti ide yang tidak mainstream. Biasanya peserta didik mengikuti proses belajar sesuai jadwal dan rencana kegiatan yang sudah ditetapkan oleh guru dalam alur tujuan pembelajaran. Namun demikian, memberikan kesemoatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pemahaman lebih jauh dan mendalam mengenai topik atau bahasan tertentu dalam kegiatan belajar akan jauh lebih bermakna dan menguatkan keterlibatan siswa dalam belajar.

Keterlibatan siswa dalam menentukan cakupan atau muatan pembelajaran yang lebih luas sangatlah penting. Bahkan proses ini membantu peningkatan pemahaman yang jauh lebih baik daripada sekedar membaca atau mendengarkan uraian materi dari buku atau guru.

Sekedar contoh, misalnya jika merujuk kepada alur tujuan pembelajaran IPS Fase D, guru akan menyajikan kegiatan memahami konsep perubahan sosial dalam masysrakat mulai dari era kemerdeakan hingga saat ini.

Pada kegiatan tersebut, guru dapat memberikan konsep utama atau materi esensial dari tujuan pembelaajran tentang konsep perubahan, mulai dari kultur, ekonomi, hingga perubahan kehidupan masyarakat yang sudah berinterkasi dengan perkembangan teknologi. Kemudian guru memberikan kesempatan bagi para siswa untuk mengumpulkan sumber belajar atau referensi terkait perubahan masyarakat, dari agraris kepada industri dengan bantuan data berbasis informasi digital. Lalu guru juga memberikan catatan dengan adanya perkembangan isyu di masyarakat. Maka, dari situ para siswa dapat lebih mendapatkan kesempatan belajar lebih kontekstual seiring perkmbangan yang mereka rasakan saat ini.

3) Tempatkan diri Anda setara

Bergabunglah untuk bekerja dengan siswa. Ini artinya saat siswa Anda mengerjakan tugas, maka Anda bertindak bukan sekedar pengawas kegiatan. Namun Anda dapat mengambil bagian menjadi teman sebaya mereka, seperti tugas kelompok dalam mengerjakan proyek. Hal itu akan mendorong para siswa bekerja lebih aktif dan kolaboratif.

Misalnya dalam pembelajaran bahasa. Anda bisa mengajak para siswa menulis tentang satu topik yang menantang. Mereka mengumpulkan ide tulisan masing-masing, kemudian Anda pandu untuk saling menyampaikan idenya, Anda memberikan masukan saat kerangka berpkir mereka mulai saling menyatu dan menunjukkan bahan narasi yang siap untuk dituangkan ke dalam tulisan.

Kemudian tugas Anda selanjutnya mempersipakan diskusi lebih terbuka untuk mendorong siswa saling memberikan umpan balik.

Saat saya mengajar seni bahasa, saya suka menggunakan tulisan kolaboratif untuk menjelaskan konsep seperti bahasa kiasan atau untuk mendemonstrasikan cara mulai menulis berbagai jenis karya (seperti esai atau narasi pribadi yang menegangkan). Saya meminta keterlibatan dan umpan balik siswa; mereka membuang idenya sementara saya menghubungkannya. Bagian terbaiknya adalah hal ini membantu memberikan hubungan penting antara penjelasan topik dan momen “Lakukan ini di rumah dan serahkan”. Dengan mengajak siswa berkolaborasi dengan Anda, mereka mulai mengerjakan sendiri namun juga memperkuat konsepnya

 

Berapa banyak tidur yang Anda butuhkan?

4) Mendorong Penggunaan Teknologi yang Bermakna di Kelas
Banyak guru yang menyuruh siswanya mematikan perangkat mereka ketika mereka masuk ke dalam kelas. Namun, melakukan hal sebaliknya bisa sangat memberdayakan. Dengan meminta siswa Anda membawa perangkat mereka sendiri, Anda membuka dunia peluang belajar baru (seperti model kelas terbalik, pencarian web, podcast, kunjungan lapangan virtual melalui Skype, streaming langsung dengan kelas-kelas di seluruh dunia, dll.), dan Anda menegaskan kembali bahwa pembelajaran dapat terjadi kapanpun dan dimanapun. Ketika siswa menggunakan perangkat mereka selama jam pelajaran di kelas untuk mengakses sumber belajar yang bisa mereka peroleh di rumah atau di perjalanan, kami melihat bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam empat dinding ruang kelas. Ditambah lagi, ini benar-benar memberikan kekuatan pembelajaran di tangan kita. Saya mengenal beberapa guru yang menyatakan keprihatinannya mengenai penerapan teknologi apa pun yang mereka sendiri tidak tahu cara menggunakannya dengan baik. Namun, jika itu masalahnya, jangan takut untuk membiarkan siswa Anda mengajari Anda satu atau dua hal tentang teknologi. Jika Anda khawatir siswa akan malas menggunakan perangkat digital, ada baiknya Anda melihat diskusi #pencilchat .

5) Libatkan Siswa dalam Permasalahan “Nyata”.
Keluhan terbesar yang dimiliki banyak siswa tentang apa yang kita pelajari di kelas adalah bahwa hal tersebut tampaknya tidak dapat diterapkan di dunia nyata. Mintalah siswa mempraktikkan keterampilan yang telah mereka pelajari atau topik yang telah mereka pahami dalam pembelajaran pengabdian, debat, kepemimpinan/kesukarelaan/pengabdian masyarakat, atau dengan memberikan pendapat tentang isu-isu “nyata” seperti reformasi pendidikan atau pemilu 2012 ( teriak! politik! Anda mungkin berpikir, namun selama Anda tetap objektif, para siswa bersikap sopan satu sama lain dan orang tua baik-baik saja, politik dapat menjadi salah satu topik yang paling menarik bagi siswa). Mintalah siswa Anda membuat perbedaan dengan apa yang telah mereka pelajari, dan mereka akan lebih termotivasi untuk belajar lebih lanjut — karena mereka melihat bahwa hal tersebut mempunyai dampak. Mereka belajar untuk membantu orang lain, bukan hanya berusaha mencapai tujuan yang tinggi dan tampaknya masih jauh, yakni lulus dan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Pada akhirnya, pemberdayaan siswa adalah sebuah realisasi: guru dan siswa harus banyak belajar satu sama lain. Lagi pula, seperti yang pernah dikatakan oleh perintis pustakawan Amerika, John Cotton Dana , “Siapa pun yang berani mengajar tidak boleh berhenti belajar.” Memberdayakan siswa membantu kita semua melakukan hal itu.

Bagikan supaya bermanfaat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *